KALAH 1-2 di final Piala Jendral Sudirman (PJS) di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (24/1), kubu Semen Padang tak terlalu menyesali secara berlebihan. Nil Maizar dan anak buah tampaknya bisa menerima kekalahan. Pendukungnya, The Kmers dan Spartack, juga senada. Tapi dari Kota Padang, malah muncul tuntutan.
Nil Maizar memang sudah meminta maaf kepada para penggemar karena tidak mampu memberikan gelar juara. Nil paham betul, upaya lebih dari 400 suporter yang datang langsung dari Padang, cukup melelahkan. “Karena itu, perjuangan mereka ke Jakarta layak diapresiasi. Malah ada yang telah tiba di Jakarta dua hari jelang laga berlangsung,” ujar Nil yang sempat bertemu dan berbincang dengan para suporter.
Ia juga memapresiasi fans SP yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, yang mau berbasah-basah mendukung timnya. “Suporter sudah memberikan yang terbaik karena rela menempuh jarak jauh. Begitu pula dengan pemain. Sudah tampil habis-habisan dalam kondisi hujan,” ungkap Nil saat konferensi pers seusai laga.
Pria berusia 45 tahun itu berharap kekalahan ini tidak membuat para suporter berhenti memberikan dukungan kepada tim asuhannya. Terkait masa depan pemain Semen Padang, Nil belum mau berandai-andai. Sesuai kontrak, setelah laga final, para pemain sudah habis masa kerjanya. “Belum ada arahan dari manajemen soal ke depan nanti,” beber pria asal Payakumbuh tersebut.
Tapi kekecewaan suporter sendiri agak terobati. Selain biaya bus telah ditanggung Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah, mereka juga bisa bertemu dengan suporter klub lain di GBK seperti tuan rumah Jakmania, juga Aremania Jakarta. “Lebih dari 400 anggota datang ke Jakarta dalam beberapa tahap. Kelompok terakhir, yang diberangkatkan Pak Wali,” sebut koordinaror lapangan The Kmer’s, Yumamy.
Pada tahap terakhir, 125 fans Kabau Sirah berangkat dengan bus, terdiri 65 anggota The Kmers dan 60 orang dari Spartack. Pendukung tim Urang Awak ini pulang dengan tertib. Kalau ada sedikit masalah, justru menyangkut keluarga pemain.
Sekitar 50 orang keluarga pemain yang semestinya masuk dari pintu utama, ternyata hanya sepertinya yang diizinkan masuk. Sisanya dialihkan ke pintu 12, yang ternyata sudah diisi penonton lain. Ditambah dengan hujan lebat yang mengguyur ibu kota malam itu, paniklah mereka. Beberapa bahkan sempat menangis. Mereka menuntut ditempatkan di areal yang sesuai bagi keluarga pemain.
Minta Kompetisi
Tuntutan juga dilayangkan, tapi kali ini oleh beberapa kelompok pendukung klub peserta liga Indonesia yang berdomisili di Padang. Mereka meminta pemerintah berdamai dengan PSSI, mencari jalan keluar, agar bisa menggulirkan kembali kompetisi sepakbola yang telah tertunda satu tahun.
Pemerintah diminta melihat animo masyarakat masih tinggi. Sudah saatnya liga resmi kembali digulirkan. Itulah tema yang jadi tuntutan suporter Persib Viking Sumbar, Aremania Sumbar, serta Ketua Suporter Semen Padang.
“Saudara-saudara kami di Bandung bahkan masih harus berdesak-desakan untuk menonton pertandingan Persib, meski hanya sebuah uji coba. Hal ini mengindikasikan sanksi FIFA tidak mempengaruhi animo masyarakat terhadap Liga Indonesia, meskipun kita juga tetap ingin tim nasional Indonesia main di pentas internasional,” ucap seorang pentolan Viking Sumbar.
Beberapa suporter Tanah Air juga menyampaikan kejenuhan pada turnamen-turnamen. Asosiasi Pemain Profesioanl Indonesia (APPI) bahkan siap memboikot turnamen, sebab mereka menginginkan liga yang teratur. Boro-boro ditanggapi Menpora (yang berseteru dengan PSSI). Begitu PJS kelar, segera muncul wacana menggelar Piala Bhayangkara! Alamak.(SN)
0 komentar:
Post a Comment